Tampilkan postingan dengan label pendakian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pendakian. Tampilkan semua postingan

Selasa, 27 Mei 2014

PENDAKIAN KERINCI MEI 2014

Ini adalah ke-4 kalinya saya mendaki Kerinci. Semuanya masih terasa sama, kehangatan orang-orang homestay Pak Iman, hamparan Kebun teh Kersik Tuo, dan ngomongin soal jalur, tak banyak berubah, tetap seperti itu-itu saja.  Kendati  demikian, cerita yang dibawa selalu berbeda di tiap pendakian.

Sabtu, 14 September 2013

Tek Tok G. Singgalang

Kamis 12 September lalu saya naik G.Singgalang bersama 2 teman dari Jakarta, mas Rendy dan Mas Yosi. Mereka ini adalah teman mbak Nurjanah yang sedang mengadakan expedisi komunitas mereka "Gazebo" ke G.Kerinci, G.Tujuh, G. Marapi, dan G.Singgalang, dalam waktu 6 hari saja. Gilak tenaga mereka darimana yak hehehe. Dua minggu sebelumnya mas Rendy menghubungi saya dan bertanya tentang gunung-gunung tersebut. Saya pun secara dadakan bersedia untuk ikut di gunung terakhir, karenahari itu saya libur kerja.

Kamis, 13 September 2013 kami memulai pendakian dari Pos Pemancar RCTI Pandai Sikek. Ini adalah kali ke-dua saya mendaki Singgalang. Berbekal data jalur pendakian di GPS , saya dan temna-teman berani mengambil keputusan untuk mendaki dini hari. Waktu tempuh normal dari awal pendakian (pos pemancar) sampai puncak sekitar 6-7 jam). Berhubung fisik mas Rendi dan mas Yosi yang sudah ngedrop setelah mendaki 3 gunung sebelumnya ditambah saya yang sudah lama vakum mendaki dan lelet sekali jalan saya -.-" kami memakan waktu hampir 9 jam untuk mencapai Telaga Dewi.


track record GPS, Singgalang Trail

Minggu, 27 Mei 2012

Pendakian Merapi 22 Mei (FLASH & SOLO TRACKING)

Solo trekking. Walaupun tidak benar-benar sendiri karena saya ketemu beberapa pendaki di sepanjang jalur naik dan turun Selo. Tektok sehari saja, memanfaatkan waktu selagi masih cuti :D









Mt.Lawu, a promise to my brother

Assalamu'alaikum..

Alhamdulillah awal Mei kemarin saya bisa pulang kampung ke Maospati selama 2 Minggu. Alasan utamanya ya menghadiri pernikahan sahabat saya Selina. Dan memang sebenarnya ada misi lain yaitu mendaki gunung.xoxoxoo...

Beberapa bulan lalu adik saya, Rahmat mencetuskan ketertarikannya untuk mendaki gunung. Awalnya saya pikir bercanda dan saya hanya tertawa mengejek. Tapi kemudian saya jadi kelimpungan sendiri pas dia bilang kalau mau naik gunung sama teman2nya. bbbuaaaahh Nehi!nehi! gak boleeeh!!! Bukannya gak mendukung. tapi saya gak mau adek saya kenapa-kenapa. Secara dia belum pernah sama sekali naik gunung dan sebelumnya dia emang ga suka kegiatan outdoor. Akhirnya saya tawarkan naik gunung nya harus sama saya ntar pas pulkam nanti. dan gunung pilihan saya yaitu Lawu. pertama karena itu gunung terdekat. Kedua, kami gak harus bawa tenda karena di kawasan puncak lawu ada warung "mbok Yem" yang biasa digunakan untuk tempat menginap para pendaki.

Telah disepakati kami akan mendaki Lawu tanggal 12-13 Mei. sehari sebelumnya saya sudah sibuk packing 2 daypack yang berisi keperluan untuk saya dan adek. Lawu terkenal akan hawa "dingin" nya yang parah banget menurut saya. Karena itu saya membawa jaket lebih. Tak lupa cemilan untuk di jalan.

12 Mei 2012
07.00 kami naik bis kecil dari depan rumah menuju Terminal bis maospati. dari sini kami naik bis jurusan Magetan turun di terminal Magetan. Dari terminal Magetan, kami mencarter colt menuju basecamp cemoro sewu karena sudah jam sembilan dan kemungkinan kecil ada kendaraan yang lewat sana.

 
 sebelum berangkat

10.00 Bismillahirrohmanirrohim. Setelah membayar retribusi Rp 5.000,00/orang, kami memulai pendakian ini. Sebenarnya ada beberapa jalur pendakian untuk mencapai puncak Lawu. Jalur Cemoro Sewu, jalur Cemoro kandang dan jalur candi cetho. kenapa saya memilih jalur ini? karena cumja jalur ini yang sudah pernah saya lewati. selain itu merupakan jalur tercepat mencapai puncak yaitu 5-7 jam. Jalur cukup jelas berupa jalan berbatu.

Dari gerbang cemoro sewu, kita akan melewati 2 pos bayangan sebelum sampai di pos 1 yang dicapai dalam waktu 1 jam. jalur masih landai.

Awal pendakian

Pos 2, ditempuh dalam waktu 2 jam.
pos 3 ditempuh dalam waktu 1 jam.
pos 4 ditempuh dalam waktu 2 jam
pos 5 ditempuh dalam waktu 30 menit
pos 6 ditempuh dalam waktu 30 menit.

dari pos 6 ini bisa langsung ke puncak hargo doemilah 30 menit. Atau ke pelataran hargo dalem. Di hargo Dalem inilah terdapat beberapa warung salah satunya adalah warung mbok Yem dan beberapa petilasan yang sering dikunjungi para peziarah.

Pukul 17.00 kami sampai di warung mbok Yem. adek saya terkapar kelelahan dan memilih untuk langsung bergelung di sleeping bag nya yang hangat. Sementara saya bergabung dengan mbok yem dan beberapa pendaki yang sedang menghangatkan diri di dekat perapian. Yuuk Ngopi..hehe. Warung mbok Yem masih sepi hanya ada 2 orang peziarah yang sudah beberapa hari menginap di situ dan juga seorang gadis cucu mbok Yem yang sedang libur sekolah. Nanti malam mungkin akan ramai. Secara weekend apalagi long weekend begini pasti banyak pendaki dan rata-rata mereka mulai mendaki malam hari. Wah..wah.. salut pada para pendaki yang bisa jalan malam. kalau saya mah akan menolak keras diajak jalan malam.. hehe alasannya adalah karena mala hari itu pasti dingin plus ngantuk. dan saya juga kapok jalan malam hehe..

Bapak-bapak peziarah di situ memberi informasi bahwa sudah dua hari terakhir ini udara lebih dingin dari hari biasanya. sudah saya duga. Pantesan saja tadi saat kami baru sampai pos 3 benar-benar tak tahan dinginnya, padahal hari cerah. Saya dan adik pun memakai jacket mulai dari pos 3. 

Sudah makan, sudah ngopi sudah minum susu, sudah kenyang hehe..saatnya tidur memulihkan energi. Pukul 20.00 saya pun sudah bergelung sleeping bag di dekat adek saya. Sepertinya malam ini akan dingin sekali. Secara tempat seluas itu hanya kami ber-empat yang tidur huhuhu...

Belum lama tertidur, para pendaki mulai berdatangan. Alamak... nyampe kali 100-an orang dari berbagai SMA dari wilayah Madiun dan sekitarnya. Ga papa sih lumayan hangat kalau ada banyak orang. Walhasil, malam itu tidak jadi kedinginan.hehehe alhamdulillah..

Pukul 04.30 kami bangun kemudian segera melaksanakan subuh.semalam hujan dan sampai sekarang masih gerimis. Sayang sekali berarti gak bisa menyaksikan sunrise nih. Pukul 06.00 kami segera berkemas dan mulai menuju puncak.  

Sayangnya sampai di puncak malah gerimis dan kabut..huhuhu... ga papalah yangsa bar ya dek kita tunggu matahari muncul sambil minum teh hangat di termos. nampak para pendaki ramai berfoto di tugu puncak Hargo doemilah 3.265 mdpl. Di sekitar puncak juga terlihat beberapa tenda pendaki dari Semarang.

Tak lama menunggu, gerimis pun berlalu. Hore!! Saatnya foto-foto nih hehe




Lawu With my Twin Bro" (12-13 Mei) Slideshow: Sis’s trip to Magetan (near Solo), Jawa, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Solo slideshow. Take your travel photos and make a slideshow for free.



salam,







Rabu, 05 Oktober 2011

TREKKING SINGGALANG-TANDIKE jalur sadel (PART 1)

Assalamu'alaikum...
hei!hei!my MP...lama tak menyentuh dirimu yahh. Oke kali ini aku akan bercerita pendakian Singgalang - Tandikat kemarin.

Diawali dari invitation facebook kawan ku untuk bergabung dalam event "Nyadel Singgalang- Tandiket" yang diprakarsai bang Hendri Agustin yang nantinya baru kuketahui adalah seorang mountaineering, penulis buku, dan juga salah satu redaktur majalah gunung emagazine yang notabene selalu ku baca tiap terbit. Heu..heu.. Hammer!!

Sebenarnya masih ada waktu 3 minggu ntuk melakukan pemanasan. Biasanya aku jogging. Apalagi sejak bulan puasa kemarin aku benar-benar meninggalkan kegiatan jogging ini. Sekilas info, sebenarnya riwayat kesehatanku sejak kecil tidak begitu bagus. Berbeda dengan temanteman lain yang mungkin tidak memerlukan latihan khusus untuk persiapan mendaki gunung, aku harus melakukannya jauh-jauh hari sebelumnya supaya nanti pas hari-H tidak tepar duluan. Berhubung bisikan Malas lebih kuat, aku hanya sempat jogging 4 kali selama dua minggu sebelum hari-H. How pathetic...hikz


Oke. Back to the topic. Awalnya yang ikut dalam event ini mencapai 10 orang. beberapa hari menjelang hari-H, rombongan dari jakarta tinggal berdua saja yaitu bang hendri Agustin dan his girlfriend hehe... Mbak Yuyun Yunitasari. H-7 bang hendri menghubungi aku untuk memastikan keikutsertaanku dalam pendakian ini, dan menjelaskan berbagai macam hal yang harus dipersiapkan. Aku disuruh menghubungi pula kawan-kawan Mapala Unand yang nantinya juga ikut dalam pendakian kali ini.

Sedikit ulasan tentang G. Singgalang dan G. tandikat bisa dibaca di sini dan di sini.

Kamis, 28 September 2011
Sejak pagi aku telah siap dengan segala perlengkapan dan logistik untuk mendaki. Tinggal menunggu info dari kawan Mapala Unand. Dan singkat cerita. Pukul 14.00 WIB saya dan 2 kawan Mapala unand Anggi Harlin, Iis , dan anggota tambahan yaitu Sayed (Iis's boyfriend yang juga anak Mapala IAIN Aceh yang kebetulan sedang berkunjung ke Padang) berangkat menuju Padang Panjang, meeting point kami dengan bang hendri dan mbak Yuyun. Pukul 17.00 WIB, kami sampai di titik awal pendakian G. Singgalang, pemancar RCTI Pandai Sikek. Di sini kami tidak langsung mendaki. Kami memutuskan untuk nge-camp di sini. MMalam itu disibukkan dengan mendirikan tenda, memasak makan malam bersama serta ngobrol ngalor-ngidul. Hehe.. senangnya mendapat berbagai info seputar pendakian

Stasiun Pemancar RCTI pandai Sikek



(Ki-ka: Sayed-Iis-Yuyun-siska-Anggi)

Sebenarnya sejak di mobil menuju padang panjang. Aku merasakan sakit kepala di bagian belakang dan tengkuk. Kupikir tadinya karena salah posisi tidur di mobil. Namun setelah makan malam makin menjadi dan tambah mual. Lengkap sudah "masuk angin" ternyata pemirsa...Apes bener. Obat masuk angin yang biasa kubawa dan selalu tak termakan, giliran saat dibutuhkan seperti ini malah aku tak membawa. eerrgghh makan malam berasa tak enak. Biasanya sih kalo udah "nembak" (red.sengaja muntah) baru baikan nih badan, tapi rasanya masih enggan. Mbak yuyun menawarkan diri untuk memijatku. O iya, mbak yuyun punya keahlian memijat orang yang masuk angin maka dia akan "gelegek'an" (red.bersendawa), yang menandakan angin dari si penderita tersalur pada pemijat dan pemijat mengeluarkannya dengan cara bersendawa. hihihi..lucu ya.. Malam itu pun kami menjadi bahan olok-olokan yang laen. Biarlah yang penting angin ini segera pergi. Segera setelah minum STMJ hangat, aku pun pamit untuk tidur. Aku setenda dengan bang hendri dan mbak yuyun. Upz aku lupa memberitahukan bahwa aku punya kebiasaan jika kecapean, maka pas tidur malam pasti mengigau paling parah menangis dalam igauanku. Begitu kata kawan-kawan seperjalananku. Jujur aku tak tahu secara ga sadar gitu loh..hihi.. Dan benar saja malam itu aku mengigau hanya rintihan saja sih. Tahunya pas keesokan paginya ditanyain bang hendri dan Mbak Yuyun yang heran kenapa semalam mengigau seperti orang ketakutan. Dan aku pun menjelaskan seperti biasa. Padahal mah malu banget aslinya...hehe..

Jumat, 29 September 2011
Pagi dunia!!! Yeeiii!!! feel better today. Pagi ini kami disibukkan membuat sarapan nasi goreng dan minuman hangat. Masih Iis yang selalu bersemangat memasak. She is the real chef..hohoho . Segera kami packing selesai sarapan. Pukul 10.00 WIB, kami pun memulai pendakian. Tampak pula rombongan yang mendaki yang ternyata adalah petugas maintenance tower BTS. Rute awal ini dapat kita temuai tanaman sejenis bambu-bambuan yang bernama "pimpiang". Berjalan di atasnya licin euy.

di antara tanaman pimpiang






Belum sampai sejam perjalanan, perutku mual.
...masuk anginnya kumat lagi euy. Drop langsung kondisiku. Kami memutuska berhenti untuk beristirahat. "Arrrgghh..menyebalkan sekali. Oke, harus muntah kali ini", pikirku. Segera aku pun mengambil posisi muntah. And.. after that..whoaaa..lega sekali. hihihi.. Kami pun meneruskan perjalanan lagi. Kali ini aku sudah bisa tertawa2.hehe

Setapak demi setapak jalur pun kami lalui...

Shelter 1 G.Singgalang

Aliran air di Shelter 1 G.Singgalang

Shelter 3 G.Singgalang


Sekitar pukul 14.00 WIB, kami tiba di cadas. Jalur merupakan batuan kapur. Dari sini, jika cuaca sedang cerah kita bisa memandang G. Marapi.
Cadas

Dari jalur cadas ini, masih sekitar satu jam perjalanan lagi untuk sampai ke Telaga Dewi, Tujuan Camp kami malam pertama ini. Jalur yang kami lalui adalah hutan lumut. Hijau dimana-mana. Lumut tebal membungkus semua pohon, kayu, Waoooww. Seperti masuk dunia lain saja. hehe



to be continue















Kamis, 16 Juni 2011

MENDADAK KERINCI...



Sebuah rencana dadakan untuk mendaki G. Kerinci bersama dua orang kawanku. Mengapa dikatakan dadakan? Hal ini karena hanya beberapa hari sebelum Hari "H", kami baru memutuskan untuk mendaki bertiga saja gunung tertinggi di Indonesia di luar peg.Jayawijaya sekaligus gunung merapi (volcanoe) tertinggi di indonesia ini. Wuahh cenad-cenud juga juga rasanya nih jantung walaupun untuk kali kedua ini ku jejakkan langkahku ke sana.

Kamis, 26 Mei 2011

dadakan... riweuh... rempong... tolooong !!!

Agak riweh alias rempong menyiapkan segala logistik dan peralatan pendakian, mulai dari tenda, nesting, kompor, dan sebagainya. Karena hanya ada dua keril saja, akhirnya diputuskan kedua kawanku yang menggendong keril sementara aku cukup daypack saja. Girang tak terkira rasanya, akhirnya kesampean juga nanjak bawa daypack aja mengingat selama ini selalu membawa keril seperti kura-kura... ahihi... Yahhh... setidaknya jalanku bisa menyamai mereka nanti.

Desa Kersik Tuo, berada di ketinggian 1400 mdpl merupakan titik awal pendakian. Terletak di perbatasan propinsi Jambi dan propinsi Sumatera Barat. Waktu tempuh dari kota Padang hanya 4-5 jam dengan kondisi jalan yang sudah relatif baik. Sementara jika ditempuh dari kota Jambi memerlukan waktu 10-12 jam dengan kondisi jalan yang cukup membuat jantung cenad-cenud. Pukul 21.00, travel tujuan Sungai Penuh yang kami tumpangi mulai meninggalkan kota Padang. Tak terlihat apa pun diluar. Wajar saja sudah malam. Tak ada pilihan lain selain tidur. Mau berkeliaran di social network pun percuma juga, karena daerah yang kami lewati adalah perbukitan yang membuat sinyal hape timbul tenggelam. Zzzz.... Ada dua keberangkatan travel dari PAdang, yaitu siang malam. Kusarankan untuk mengambil keberangkatan siang hari. Karena kita bisa melihat dan menikmati keindahan alam selama perjalanan. Jalanan berkelok, lembah, bukit, perkebunan teh, dan Danau kembar (disebut juga Danau diateh dan Danau dibawah) yang berada di kab. Solok .

Jumat, 27 Mei 2011

... Kerinci dan keramahan warga desa Kersik Tuo...

Waktu menunjukkan pukul 02.30 WIB ketika sopir travel membangunkan kami karena telah sampai di Simpang Tugu Macan tujuan kami. Segera kami turun dan mengeluarkan keril dari bagasi. Gelap dan hawa pegunungan yang dingin segera menyergap. Kami terdiam di pinggir jalan. Mata masih kriyip-kriyip sambil mengumpulkan serpihan nyawa yang mungkin masih tertinggal di travel. Karena masih gelap, kami pun bergegas menuju Masjid desa yang terletak di pinggir jalan masuk desa berjarak sekitar 100 meter dari tugu macan. Alhamdulillah pintu tidak dikunci. Segera kami masuk dan mengambil posisi. Iyyak kawan... meyelesaikan tidur kami yang sempat tertunda sambil menunggu adzan Subuh. aku pun segera bergelung dalam hangatnya sleepingbag-ku.

Adzan subuh berkumandang. Warga mulai berdatangan untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah. Sehabis sholat, kami berbincang-bincang dengan beberapa dari mereka. Dan dengan ramahnya mereka menawarkan kami untuk mampir ke rumah mereka untuk beristirahat sebelum mendaki Kerinci. Kami pun bergegas mengemasi barang dan mampir ke salah satu rumah warga.

Benar-benar kurasakan atmosfer keramahan warga kersik tuo yang memang sudah terbiasa dengan kedatangan pendaki. Bahkan mereka berpesan jika datang kemalaman atau turun gunung, jangan sungkan-sungkan untuk mampir ke rumah mereka. Kebanyakan warga desa Kersik tuo ini adalah keturunan Jawa. Mata pencaharian utama mereka adalah berladang sayur-sayuran (worte, kol, cabe) dan bekerja di perkebunan teh Kayu Aro. Mereka sempat heran karena kami mengaku datang dari Padang, tapi logat kami tak ada padang-padang nya sama sekali. Malahan sesekali aku berbahasa jawa kepada mereka. hihihi...*dalam hal ini kami tak berbohong kalo datang dari Padang lho...hehe*

Kami mendapat info dari warga sekitar bahwa pertengahan Mei lalu dalam rangka memperingati hari Kebangkitan Nasional 20 Mei, ada pendakian masaal sekitar 500 orang. Meliputi ekspedisi bukit barisan KOSTRAD-KOPASSUS dan elemen masyarakat lainnya. Di Simpang Tugu Macan terlihat pula baliho besar bertulisakan ekspedisi bukit-barisan oleh TNI-AD. Wew... banyak juga ya... dalam hatiku bertanya-tanya, bagaimana keadaan G. Kerinci setelah ada pendakian masal dengan begitu banyak orang.

G.Kerinci dari ds.Kersik tuo

@tugu macan desa kersik tuo

perkebunan teh di kaki G.Kerinci

Pukul 08.00 WIB. Hemm...cuaca yang cerah. Langit biru, awan putih, puncak G.Kerinci terlihat jelas. Pagi itu aktivitas warga kersik tuo mulai nampak. Mereka mulai berangkat ke kebun teh maupun ladang sayuran. Ada yang diantar mobil pick-up, tak sedikit pula yang naik sepeda motor yang telah dimodifikasi. Kami memulai pendakian kami dengan menumpang Pick-up yang juga mengantar beberapa pekerja. Kami menumpang sampai gerbang rimba.

R10 yang merupakan pos pendakian terdapat di perbatasan antara kebun teh dan ladang sayur penduduk. Dua kali ke Kerinci, dua kali pula aku hanya melewatinya tanpa melapor. Haduh gimana yak...kami kan numpang kendaraan tuh ya. Masak iya udah numpang masih minta yang ditumpangai menunggu kami lapor pula. Ahaha..berasa ngelunjak banget (-___-"?). Menurut warga, biasanya para pendaki melaporkan diri di homestay yang ada di desa kersik tuo sudah cukup. Di R10 nampak tenda-tenda ukuran peleton serta tenda kesehatan milik TNI-AD. Ternyata di sini dijadikan basecamp ekspedisi bukit barisan. Namun tak terlihat aktivitas apa pun di R10.

Pukul 08.30 kami tiba di Gerbang rimba, dan memulai perjalanan. Bismillah....

Tak sampai 10 menit berjalan kami sampai di pintu Rimba. Plang tanda pos terlihat jelas. Yang terbaru adalah plang expedisi bukit barisan KOSTRAD-KOPASUS yang akan terus dijumpai pada tipa pos dan shelter. Kami pun melanjutkan langkah memasuki hutan. Segera hawa dingin menyergap kulit. Kondisi hutan dengan tanaman heterogen dan cukup rapat, membuat sinar matahari sulit menerobos kedalaman hutan. Menyebabkan hampir seluruh pohon berlumut. Sekitar 30 menit berjalan, kami menjumpai POS 1, ditandai dengan pohon dengan batang yang cukup besar tumbang, dan terdapat bangunan beratap dalam kondisi baik. Hanya beristirahat sebentar, dan kami pun melanjutkan perjalanan.

Jalanan mulai menanjak. Vegetasi masih sama hutan heterogen. Di sini kami bertemu dua pendaki. Ale dari Kalimantan dan seorang wanita berkebangsaan Jerman. Ale ini sudah 5 bulan berkelana dari Sulawesi, Jawa, dan sekarang sedang menjelajah Sumatera. Kami pun berjalan lagi sambil sesekali menyalip Ale. Wew...lumayan juga nih jalur menuju Pos 2. Terengah-engah sambil sesekali beristirahat. Setelah satu jam berjalan, sampailah kami di pos 2 batu lumut.


pos batu lumut
Di sini terdapat tanah datar yang cukup luas untuk mendirikan 3-4 tenda. di sebelah kiri pos ada sungai

sungai kering --> pos 2 batu lumut
kering. Di sini terdapat sumber air berupa genangan di cerukan-cerukan sungai.

sungai yg berarir saat musim hujan (pos 2)


Pada pendakian februari kemarin, kebetulan semalam sebelumnya hujan lebat, sehingga kami dapat menjumpai sungai dalam keadaan full dan deras alirannya, serta terdapat air terjun dengan ketinggian lebih dari 20 meter. Itu adalah pemandangan langka di Kerinci menurut rekan seperjalanan yang sudah sering mendaki Kerinci.

Melanjutkan perjalanan ke Pos 3. Jalur menanjak sesekali disertai bonus berupa jalan datar dan menurun. Makin terasa pegal di bahu dan nafas yang terengah-engah. Dan... huuuffftt...sampai juga kami di pos 3. Di sini terdapat bangunan beratap yang masih bagus dan kokoh. Ale dan wanita Jerman sudah tiba di sana terlebih dahulu. Kami pun beristirahat sambil makan roti dan camilan yang kami bawa untuk mengganjal perut. Waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB. Kami merencanakan makan siang di Shelter 1. Selesai makan cemilan, kami pun pamit kepada dua orang tersebut untuk melanjutkan perjalanan ke shelter 1.

Dari pos 3 ini, kami langsung dihajar tanjakan yang licin boo....terpeleset dan penuh lumpur. Jarak antara pos 3 - shelter1 ini lumayan jauh. Seingatku dulu hampir makan waktu 2 jam. Lebih banyak berhenti nya euy... hujan mulai turun dan kedengarannya cukup lebat. Namun karena kanopi hutan cukup rapat, hujan pun berasa rintik-rintik saja. Setelah hampir 2 jam berjalan, akhirnya kami menemui shelter 1. Sekarang ada 3 tanah datar di shelter ini, dulu hanya 2 saja. Di sini terdapat sebuah pohon besar dan Plang berisi tata tertib selama pendakian. Terlihat pula tiang besi yang bekas bangunan yang telah roboh. Untunglah hujan reda. Kami pun segera mengeluarkan logistik dan mulai memasak tambahan lauk serta minuman hangat untuk melengkapi bekal nasi yang sengaja kami beli.

Di shelter 1 ini terdapat sumber air berupa genangan di cerukan juga. Jaraknya 100 meter turun ke sebelah kiri shelter. namun aku belum pernah mencoba ke sumber air di sini. Tri ubaya dan fitriadi mencoba melihat namun tak menemukan karena bingung jalurnya. Karena waktu masih menunjukkan pukul 14.00 WIlB, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dan bermalam di shelter 3. Kami pun segera packing. Tepat pukul 14.30 kami meninggalkan shelter 1. Jarak tempuh shelter 1 - shelter 3 sekitar 4-5 jam. Dapat dipastikan kami akan kemalaman di jalan. Sempat terbersit kekhawatiran karena sekitar 3 jam dari shelter 3, jalurnya sangat berat menurutku. Namun segera kutepis kekhawatiran itu.

Meninggalkan shelter 1, jalur benar-benar becek. jejak sepatu terlihat di sana-sini. Jalur tikus pun sudah tak ada lagi. sudah ada jalur baru di samping jalur tikus, sepertinya semak-semak ditebasi untuk jalur ini. Vegetasi masih berupa hutan heterogen yang rapat. Berkali-kali terpeleset. Kami saling menertawakan. Saat melipir di punggungan gunung... Subhanallah view nya bener-benar indah...sejenak beristirahat sambil menikmatinya.

my partner Tri Ubaya & Fitriadi

hutan Kerinci

Mulai memasuki jalur aliran air. Yups...sebentar lagi kami sampai di shelter 2 bisikku dalam hati. Vegetasi mulai berkurang dan tak serapat sebelumnya. Sepanjang jalan kami menemui burung , sepertinya jalak. Sangat dekat, seakan menggoda kami untuk menangkapnya. hehhe...perasaan pas ke sini Februari lalu tak sebanyak dan sedekat ini deh burung-burungnya.

Pukul 17.30 WIB kami sampai di shelter 2. Berupa tanah datar di sebelah kanan jalur. Agak masuk di sebelah kiri jalur ada pula tempat datar yang lebih terlindung untuk mendirikan tenda. Di sini kami melepas lelah sambil menikmati pemandangan bukit barisan dan senja yang terhampar di depan kami .Pukul 18.00 WIB kami segera melanjutkan perjalanan. Tinggal 1,5 - 2 jam lagi shelter 3. Jalur masih berupa aliran air dengan pohon-pohon cantigi di kanan-kiri yang lebat. Jalur jadi mirip gua. Full dihajar tanjakan. Terkadang kami harus bergelantungan pada akar maupun batang pohon cantigi di sisi kanan-kiri jalur bila tanjakan di jalur aliran air terlalu tinggi. Tangan menahan, kaki meregang. Ahahaha...aku menjulukinya tanjakan spideman. Dalam kondisi tenaga tinggal sisa-sisa terakhir dan beban keril di punggung, masih pula harus konsentrasi memilih jalur yang sekiranya mudah dilalui, tentu bukan perkara yang mudah kawan. Tapi bukankah justru itu yang dicari. Menikmati tiap ketidaknyamanan ini, mensugesti diri menghalau dan melawan segala pikiran-pikiran negatif.

shelter 2


jalur air menuju shelter 3

Hari semakin gelap. Shelter 3 tak kunjung kelihatan. Aku segera mengeluarkan headlamp sebelum benar-benar gelap. Jalur masih sedemikian rupa. Kali ini hanya headlamp ku yang bekerja karena senter milik kedua temanku tak memungkinkan untuk tetap leluasa bergerak jika tetap digunakan. Perjalananpun terasa semakin lama karena kami harus bergantian berjalan. Ditambah lagi badan sudah ngedrop. Melihat kawan-kawanku yang mulai berubah rona wajah karena beban keril di punggung, membuatku merasa bersalah. Yahhh... aku tau kawan rasanya melintasi jalur ini sambil menggendong keril sebesar kulkas. Percayalah...sebentar lagi sampai kok. Berkali-kali kami berhenti untuk beristirahat. Hari sudah benar-benar gelap. Bulanpun tak nampak. Aku tidak suka gelap. Bayangan pohon-pohon cantigi ini terasa menyeramkan. terlihat seperti tangan-tangan nenek sihir yang bersiap mencengkeram kami. Beuuhh...berasa ingin berlari saja biar cepat sampai shelter 3....andaikan sanggup. Terdengar lebay memang. Tapi tetap saja aku bersyukur ketika mendapatinya hanya akar atau batang saja. Ups...segera ku tepis segala imajinasiku. Kami pun melanjutkan perjalanan sambil saling menyemangati.

Alhamdulillah... akhirnya kami bertemu dataran yang cukup luas. kami sampai shelter 3 kawan. Waktu menunjukkan pukul 19.30 WIB. Tanpa buang waktu kami segera memasang tenda serta merapikan peralatan dan mulai memasak. menu makan malam kali ini spaghetti saus tuna. Kedua kawanku yang memasak berdasarkan petunjukku yang terdengar cerewet sekali. Walaupun hasilnya tak memuaskan dan mereka berjanji akan menghapus spaghetti dari daftar menu selanjutnya. Hadeeuuhh... (T_T)

Langit gelap bertabur bintang. Benar-benar sunyi dan gelap di luar tenda. Angin pun tak berhembus. Terlalu sunyi menurutku. Keadaan ini sungguh berbeda saat pendakian februari lalu. Aku dan kawan-kawan yang bermalam di sini benar-benar dihajar angin kencang. Tenda berasa mau terbang saja. Memakan korban patahnya frame beberapa tenda tetangga. Shelter 3 ini terletak di ketinggian 3000 mdpl dan sangat terbuka. Sebenarnya tidak disarankan untuk bermalam di sini mengingat cuaca gunung yang berubah dengan cepat.

Di sini terdapat sumber mata air berupa air yang tertampung di cerukan-cerukan. Letaknya di punggungan gunung sebelah kiri shelter. Namun kami memutuskan untuk mengambil air besok saja karena masih ada persediaan 3 liter. Selain itu, mengingat jalur ke sumber air yang menurun curam bikin males kalo malam-malam ke sana.....hehee. Dan kami pun tertidur lelap malam itu dalam pelukan gelap, sunyi dan damainya Kerinci....ZZzzZZzzzz

Sabtu, 28 Mei 2011

... 3.805 mdpl... taman edelweiss... We did it !!

Lelah berjalan seharian membuat ku tertidur nyenyak semalam. Paginya kami menyempatkan untuk pergi ke sumber air. Dan mendapatkan pemandangan yang mencengangkan sekaligus sangat membuat hati gondok di pagi yang cerah ceria ini. Bayangkan saja... di cerukan terbesar sumber air, semacam benda kuning mengambang. Kuamati benar-benar benda itu. Omaigat! Itu feses manusia kawan. Errgghh...bener-bener deh. Siapa pula yang sungguh tega melakukan itu. beruntung masih ada cerukan-cerukan air yang lain. Kuamati pula keadaan di shelter 3 yang tak terlihat karena semalam masih gelap. Banyak onggokan sampah, panci alumunium, gelas, dan barang-barang lain yang tidak dibawa turun kembali. Hanya dikumpulkan begitu saja. miris melihatnya. Don't try this kawan. Bukankah menjaga sumber air dan kebersihan Gunung merupakan kewajiban kita yang telah ikut menikmati keagunagn dan keindahannya?

Pagi ini kami memutuskan untuk SUMMIT ATTACK setelah matahari muncul. Dengan bekal yang dirasa cukup, pukul 08.00 WIB kami berangkat ke puncak. Cuaca masih cerah. Struktur jalur menuju puncak adalah tanah padat berkerikil. Sepanjang jalur juga ada pathok batu yang berfungsi sebagai petunjuk jalan. Sepanjang jalur ini tak ditemui edelweiss. Jika kita berbalik memunggungi puncak, maka nampak edelweis bergerombol kecil di sisi tebing dan jurang sebelah kiri jalur. Hal seperti ini mirip di G. Marapi Sumatra Barat. Hampir 2 jam kami berjalan, sampai sebuah areal datar yang cukup luas. Di sini terdapat tugu Yudha. Puncak masih berjarak 30 menit lagi. Dari sini sudah terlihat bendera merah putih di puncak yang berkibar tertiup angin.

summit attack
15 menit menjelang titik 3.805 mdpl..
@tugu yudha...
in memoriam

Pukul 10.30 WIB sampailah kami di puncak Kerinci 3.805 mdpl. Alhamdulillah. Tak henti-hentinya bersyukur mengingat perjalanan yang sudah kami lalui untuk mencapai puncak tertinggi. Jepret sana-sini. Kabut mulai naik, sehingga pemandangan sekitar puncak tak nampak. Agak mengerikan juga jika menengok ke bawah ke arah kawah. Makn cemilan yang kami bawa. Dan...inilah bagian yang paling ku suka. Tarraaaa!!... minum cappucino hangat yang telah kami bawa dalam termos...hehe... Nikmat sungguh kawan sambil menikmati suasana puncak ^_^.

lereng puncak Kerinci
we did it!1 3.805 mdpl
tebing kawah
kawah aktif Kerinci

hehehe.. :"> never forget you

Tak terasa 1 jam lebih kami berada di puncak. Kabut mulai naik lagi. Hujan rintik-rintik pun turun. Segera kami bergegas untuk turun. menuruni kerikil dan bebatuan. Di jalur turun sehabis dari tugu yudha, kami sempat disorientasi arah. Kabut menyebabkan visibility tak sampai 30 meter. Kami mengambil jalur terlalu ke kanan. pantas saja batuannya lebih rapuh dan rentan. Kami pun merayap lagi lebih ke atas, dan mengambil jalur lebih ke kiri. Berjalan melalui cerukan aliran lahar. Alhamdulillah...kali ini jalurnya benar. Sekitar 20 meter menjelang shelter 3, cuaca kembali cerah. terlihat tenda baru yang didirikan di sebelah tenda kami.

Pukul 13.00 WIB kami sampai di shelter 3. Setelah berbincang-bincang sejenak dengan 4 orang pendaki dari Bangko (Jambi) kami pun segera kembali ke tenda untuk masak. Hemm... sekarang acara memasak di gunung menjadi bagian yang menyenangkan. Sepertinya berkat influence kawan-kawan seperjalanan di Rinjani lalu. Mereka laki-laki tapi lihai sekali memasak, dan rasanya pun ajiib. Walaupun rasa masakanku belum seajib mereka, yang penting udah ada usaha... hehehe... Makan siang kali ini adalah sup spaghetti campur-campur. Jangn banyak protes kawan. Tak ada alasan bagi kalian untuk tak menghabisakan spaghetti ini...gumamku pada kedua kawanku.

Sebenarnya pendakian G.Kerinci bisa diselesaikan selama dua hari semalam saja. Tapi kami merencanakan untuk bermalam semalam lagi. Sudah susah-susah naik, kenapa harus cepat-cepat turun? Begitu bukan kawan? Sore harinya, bersama kawan-kawan Jambi pergi ke taman edelweis. itu berarti kami harus turun ke tebing. Untuk mencapai taman edelweis, kami harus naik jalur pendakian ke puncak sekitar 50 meter dari shelter 3, kemudian turun ke sebelah kanan jalur, dan mengikuti cerukan aliran lahar turun. Di tebing sebelah nampak edelweis yang tumbuh berpencar. Beuhh...seru betul treknya. Benar-benar susur tebing. Berasa rock climbing jadinya. Tak jarang kedua temanku mengkhawatirkanku jika harus menuruni tebing yang terjal. Errrgghh,,,santai bro...(-___-"). I can handle it.

Subahnallah...paduan tebing dan bebatuan menghasilkan view yang menakjubkan. Takjub dan ngeri tepatnya. Bagaimana tidak? Struktur tebing terdiri dari kerikil dan tanah yang gembur dan tidak stabil, alias rawan longsor. Maka jangan bayangkan apa-apa deh...kalo tebing itu longsor dan menimbun kami di sini.hehe...

Pun Bebatuan di bekas aliran lahar yang kami temui juga memiliki pola yang tak kalah indah indah. Struktur batuan yang halus tapi tidak licin, serta bermotif polkadot. Di sepanjang cerukan bekas aliran lahar ini banyak terdapat genangan air, mulai dari ukuran kecil, sampai seukuran kolam ikan. Selalu berhenti untuk sekedar cemplung-cemplung di tiap genangan yang kami temui. Hemm...kurasa bisa digunakan sebagai alternatif sumber air bila sumber air di shelter 3 habis atau tercemar oleh ulah orang yang tak bertanggung jawab..ck..ck..ck.

hampir sejam kami berjalan susur tebing, panjat sana sini, merosot sana-sini, sampai juga kami di taman edelweis. Hemmm... jangan bayangkan seperti Suryakencana di Gede, atau Savana Lonceng di Argopuro yang maha luas kawan... Taman edelweis di sini merupakan gugusan edelweis terbanyak daripada gugusan lain yang berada di tebing itu. Bunga edelweis di sini berwarna kuning dan hampir mengering. Mengingat susahnya untuk mencapai tempat ini tak mau kehilangan momen. Dan acara narsis berfoto ria pun dimulai.

Puas berfoto dan menikmati edelweis, kami pun segera beranjak untuk kembali ke shelter 3. Serasa ingin langsung memanjat tebing di atas taman edelweis ini saja kalo mengingat jalur yang harus kami lewati lagi untuk kembali ke shelter 3. Sejam kemudian sampai juga kami di shelter 3, kami pun menikmati senja yang tertutup awan yang mulai turun...

susur tebing menuju taman edelweiss
taman edelweiss yang tersembunyi di antara tebing
suatu sore @ shelter 3 bangku panjang kerinci

Minggu, 29 Mei 2011

... Selamat tinggal Kerinci ... Sampai jumpa lagi ...

Tidur yang cukup lelap lagi semalam..hehe.... Pukul 05.00 WIB, aktivitas di tenda tetangga sudah sudah mulai terdengar dan terlihat . Dua orang diantaranya akan pergi ke puncak. Kedua kawankuu dan kawan-kawan Jambi bergegas ke atas shelter 3 untuk menikmati sunrise sementara aku cukup menikmatinya dari tenda saja sambil memasak sarapan. Sarapan kali ini cukup istimewa. Semua bahan makanan yang tersisa dimasak agar memperingan beban turun nanti. Alhamdulillah...kami pun sarapan dengan menu seadanya. Telur ceplok, bakso dan sosis goreng, tumis campur-campur, apel dan puding coklat sebagai pencuci mulut. Tak lupa berbagi bersama sobat-sobat alam Jambi. Nikmat rasanya...

nasi pecel madiun +ikan asin goreng menu makan malam...
sup campur-campur
sarapan sebelum turun gunung.

Segera setelah packing, pukul 09.30 WIB kami meninggalkan shelter 3. Kali ini beban di ransel sudah banyak berkurang. Menuruni tanjakan setan ini pun tak masalah lagi. Bergelantungan lagi di antara batang dan akar pohon cantigi. Hemm...seandainya ada casting untuk film spider girl mungkin aku bisa lolos kawan. Berhenti beristirahat di setiap pos. Menikmati hutan Kerinci sambil berbagi bekal bersama kawan-kawan Jambi yang tak lama sudah menyusul kami turun. Di tengah perjalanan kami bertemu pendaki dari Jakarta bersama porter dari Homestay Paiman yang juga sedang dalam perjalanan naik. Perjalanan turun dari shelter 3 - gerbang rimba memakan waktu sekitar 4 jam. Pukul 14.00 WIB kami tiba di gerbang rimba. Perjalanan belum berakhir. Masih ada jalan aspal melewati ladang sayuran dan perkebunan teh. Jika beruntung, kita bisa menumpang mobil pick-up yang biasa lewat mengangkut sayuran. Sayangnya kami kurang beruntung. Tak nampak satu pun yang lewat. hemm.. mungkin karena hari masih siang.

Alhamdulillah.... Pukul 16.00 WIb kami sampai di simpang tugu macan. Di sini kami berpisah dengan dengan kawan-kawan Jambi. Segera menuju homestay Paiman untuk beristirahat sambil menunggu travel ke Padang nanti malam. Heyy.. ternyata orang-orang homestay masih ingat kepadaku... (tepatnya pada kecerobohanku yang ketinggalan dompet di sini dan baru ingat setelah hampir 30 menit perjalanan ke Padang). ^_^. Sebenarnya masih ada lagi keindahan alam yang ditawarkan di sekitar kawasan Kerinci ini yatiu Danau Belibis dan juga Danau Gunung tujuh.

Hemm... Kerinci dan keramahan warga Kersik Tuo... membuatku merasa nyaman berada di sana. Satu lagi cerita yang terangkai antara ku, kau, kita, dan Dia... Satu lagi jejak yang akan selalu membekas di hati dan memoriku... Semoga tiap perjalanan semakin menundukkanku akan kebesaran-Nya... Berharap tiap perjalanan bukan hanya menjadi perjalanan yang sia-sia tanpa makna... terimakasih kawan... Salam sejuk... Salam Lestari... See You !! :*

Danau Gunung tujuh
danau belibis
@ homestay Paiman..

Data perjalanan (jalur, estimasi waktu dan biaya perjalanan)

Berangkat dari Padang :

- Padang – Kayu Aro, turun di simpang tugu Macan (Travel non AC, 4-5 jam, Rp. 70.000/orang)

- Ds. Kersik Tuo - Gerbang Rimba (jalan kaki 1-2 jam/ numpang pick-up/ ojek)

- Homestay Paiman ( 60 rb/malam/kamar)

Pendakian :

- Pintu Rimba - Pos 1 waktu tempuh sekitar 30 menit

- Pos 1 – Pos 2 Batu Lumut waktu tempuh sekitar 60 menit, sumber air

- Pos 2 – Pos 3 waktu tempuh sekitar 60 menit

- Pos 3 – Shelter 1 waktu tempuh sekitar 90 menit, sumber air

- Shelter 1 - shelter 2, waktu tempuh sekitar 3 jam

- Shelter 2 - Shelter 3 waktu tempuh sekitar 1,5 jam, sumber air

- Shelter 3 - puncak waktu tempuh sekitar 2 jam