Selasa, 27 Mei 2014

PENDAKIAN KERINCI MEI 2014

Ini adalah ke-4 kalinya saya mendaki Kerinci. Semuanya masih terasa sama, kehangatan orang-orang homestay Pak Iman, hamparan Kebun teh Kersik Tuo, dan ngomongin soal jalur, tak banyak berubah, tetap seperti itu-itu saja.  Kendati  demikian, cerita yang dibawa selalu berbeda di tiap pendakian.


Entah sudah keberapa kalinya  berjanji pada diri sendiri "ini terakhir kalinya mendaki Kerinci" dan tetap aja  berakhir dengan pengingkaran. Ajakan  teman yang ingin mendaki ke sana, selalu jadi alasannya  (T.T) *kalo diajak naik gunung , paling susah ya nolaknya itu lho...errrrrr . Apalagi jika yang mengajak adalah sahabat dekat saya, Anggi. Saya dan Anggi sering nge-bolang bareng sejak jaman kuliah sekitar 2009-2010. Mulai dari Arjuna, Semeru (yang penuh dengan drama), Sindoro- Sumbing, Argopuro, Semeru (lagi), desa Baduy, nekad jadi relawan pas erupsi Merapi tahun 2010 dan berakhir di dapur umum Boyolali, dan  jalan-jalan super singkat ke Tana Toraja. Mungkin karena memiliki kecanduan yang sama pada hal-hal yang berbau menantang *tsaaah* dan pola pikir kami yang absurd,  membuat kami bisa dibilang cocok menghabiskan masa-masa kuliah untuk nge-bolang bareng, bolos kuliah dan bolos upacara hari kemerdekaan demi yang namanya gunung. Ahahaha rasanya? Seruuu pastinya, takut, deg-degan, bercampur jadi satu. Saya sangat merindukan masa-masa itu, definitely. Sampai sekarang pun, Anggi bisa dikatakan satu-satunya teman saya, yang siaga 24 jam non-stop, meladeni curhatan saya. Ngobrol sama dia itu ga ada matinya, ngalor-ngidul, dari A-Z, sampai beragam hal absurd. Makanya hidup saya berasa krik..krik banget kalo Anggi lagi ada kegiatan alam di tempat yang tidak ada sinyal internet.

Dan pendakian ini menjadi pendakian pertama kami setelah 3 tahun tak mendaki bersama. Saya benar-benar exited sampai-sampai tak bisa tidur beberapa hari menjelang hari-H pendakian, selain karena serangan UAS dan tugas kuliah yang bertubi-tubi *tsaaaah*, persiapan perlengkapan dan logistik untuk kami ber-5, yang tanpa saya sadari bahwa hal itu justru berakibat fatal pada saat pendakian. Yup, karena kurang tidur selama beberapa hari menjelang hari-H, kondisi fisik dan mental saya drop, terjun bebas, sejak rombongan mencapai shelter 1. Baru kali itu saya merasa diri saya kacau sekali, hampir separuh perjalanan dari shelter 1-2 saya banyak mengeluh, enggak bergerak, menangis, menjerit ketakutan, badan serasa hampir melayang, dan tak mau lepas memegangi Anggi. Untuk kesekian kalinya dalam pendakian, Anggi dengan sabar menemani saya. Di selalu berjalan di belakang saya, menjaga, menyemangati, menguatkan saya, dan tak henti-hentinya dari  bibirnya terucap do'a. 

Beruntung pula ada Herlan, satu-satunya pria dalam rombongan kami. Yang tetep keukeuh ikut walau sudah saya beritahu sebelumnya bahwa dalam rombogan kami yang terdiri dari 4 perempuan ini, hanya dia saja pria nya. Terimakasih untuk Herlan yang atas kesabarannya yang unlimited, atas bantuannya ngurusin transportasi, bawain tenda cewek yang beratnya naudzubillah, balik lagi ke bawah bareng bapak-bapak porter kerinci nyusulin saya dan Anggi, bawain keril saya, dan menggantikan tugas saya menemani Anggi, Kadek dan Welly untuk Summit Attack. Trims ya adek cakeup ;) jangan kapok pokoknya.

Perjalanan singkat Kerinci ini luar biasa memberikan hikmah, pelajaran dan pemahaman bagi saya. Iya, bukankah memang seharusnya begitu, agar tak hanya sekedar menjadi perjalanan hura-hura tanpa makna.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar