Sabtu, 30 Maret 2013

Sitinjau lauik

Sitinjau lauik ini merupakan gardu pandang untuk melihat kota padang dari ketinggian +/- 800 meter di atas permukaan laut. Berada di pinggir jalan raya Padag-Solok. Jika sedang beruntung (cuaca cerah) maka kita akan bisa melihat kota padang beserta samudra hindia dari titik ini. Sayangnya saat itu cuaca sedang tidak bersahabat, berawan hikzz

.
Gardu pandang yang penuh dengan vandalisme








menjelang malam di Sitinjau lauik
 
sitinjau lauik di malam hari
Tambang semen padang

Minggu, 24 Maret 2013

Monolog Absurd

Saya sedang dilanda kebosanan yang amaaaat sangat...
Sudah jenuh dengankan segala rutinitas ini...
kantor...kuliah...kamar...kantor...kuliah...kamar...
Kerjaan yang stuck di situ-situu saja padahal memang saya-nya yang ga mau mengembangkan diri :p
atau kuliah yang makin kesini rasanya begitu-begitu saja...
Jauh dari orangtua, keluarga, dan kampung halaman...
Membuat saya berpikir kembali, apakah saya telah salah mengambil keputusan selama ini.
Dulu saya pikir dengan "suka" nya saya jalan/kemana saja, tak terlalu banyak memiliki kawan-kawan dekat saat kuliah merupakan bekal yang cukup saat ditempatkan tugas di luar Jawa *sombong berasa bisa hidup mandiri.
Ternyata salah...semua jadi terasa sulit saat jauh dari orangtua.
Jauh dari teman dan sahabat bukan masalah besar bagi saya yang emang dasarnya anti sosial.
Tapi jauh dari papah, mamah, adek, kakak, itu benar-benar jadi masalah besar saya selama dua tahun belakangan ini.
Tak bisa sesuka hati lagi untuk bisa berkumpul bahkan di hari Raya karena ada tanggung jawab tugas di sini.
Apakah saya salah pilih...
Apa saya menyesali pilihan saya ini...
Atau memang saya yang tak bisa bersyukur...futur akan segala nikmat-Nya...
Lalu..apa sih yang sebenarnya saya ingin untuk lakukan...
Lalu pencarian saya selama ini apa hasilnya... Emangnya kamu nyari apa sis...
Jdarr!!! oke saya memang tidak tahu apa yang saya cari. Selama ini saya mencoba banyak hal baru dengan maksud menemukan "sesuatu itu"... Tapi apa hasilnya...sampai  jengah dan bosan sendiri, lalu akhirnya nesu-nesu sendiri...sesek nafas...akhirnya nangis.

Terkadang saya benci dengan segala hal rumit yang yang ada di kepala dan hati ini. Kenapa saya tak bisa berpikir sederhana saja seperti yang lain. Gak neko-neko dalam menjalani hidup. Ikhlas... seperti kata bang Darwis nih :

  ”Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.

Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.

Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.“

--Tere Liye, novel "Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin"

Tapi itu beraat jendraaal *tsaaaah*
Ah hentikan sudah monolog absurd ini.
Cuma satu yang saya ingin sekarang...
Kruntelan sama mamah, adek dan kakak di depan televisi, berebut posisi paling dekat mamah. Pengen diisik-isik ini punggung sama mamah.
Sementara papah sibuk dengan remote televisi dan raket nyamuknya ...

Minggu, 10 Maret 2013

Air Terjun Sarasah Ulu Gadut Padang

Nasehat dari bapak-bapak yang kami temui di tengah jalan tadi "untuk mengurungkan niat ke air terjun karena beliau tahu kami cuma berdua saja dan belum tahu jalan" sempat membuat saya dan Wulan ragu untuk melanjutkan perjalanan menuju air terjun "Sarasah Ulu Gadut" yang terletak di Desa Koto Baru, Gadut, Kelurahan Limau Manis Selatan, Padang Timur. Namun kami menguatkan hati kembali untuk melanjutkan perjalanan. Menaiki kembali motor melalui jalanan berbatu.

sabar yaaa motor T-T jalannya emang begini..








Laskar Pelangi Ulu Gadut, Padang :D
Pukul 09.00 WIB sampailah kami di Lik gadut, sebuah tempat sebelum jembatan. Terdapat sebuah warung milik warga, dan kami menitipkan sepeda motor kepada seorang anak bernama putra di situ. Setelah dirasa cukup mendapatkan informasi dari warga mengenai jalur menuju air terjun kami pun berangkat melalui jalan setapak. Sempat juga salah belok untung tak jauh, kami segera kembali ke rute awal. Beruntung ketika kami menemukan sebuah pondok di ladang, kami bertanya kepada seorang ibu, ibu tersebut menyuruh anaknya Aldo yang berusia 7 tahun mengantarkan kami. kami pun tentu senang hati menerima tawaran itu...Thank God  :D

Aldo mengajak kami menyusuri sungai karena ini adalah jalur tercepat. Saya dan Wulan kelabakan tak bisa mengimbangi langkah Aldo. Takjub banget sama ini anak. Dulu pas saya seusia Aldo  ngapain aja yak? hehe. Beneran deh berasa ketemu bolang yang kayak acara di TV itu lho haha. Aldo ini selain kuat dan bolang bangeet, dia  pendiam tapi smart. Pinter banget nih anak. Kalau kata saya mah si Aldo ini cool gitu lho hoho. Aldo sekarang kelas 1 SD.

tracking GPS dari simpang Ulu Gadut-Air terjun

menyusuri sungai "jalur cepat"


Kami berjalan menyusuri sungai ini kurang lebih sejauh 1,5 km. kalau di total dari Warung putra tadi sekitar 2 km, ditempuh dengan waktu kurang dari 1 jam :D. Dan Taraaa!!! ini dia air terjun bertingkatnya ^_^Alhamdulillah nyampe juga...Berhubung udah laper (belum sarapan), kami pun segera mengeluarkan peralatan masak. Masak mie goreng, ngeteh-ngeteh dulu ahihiyy.



Dan setelah itu...kami pun asyik meng-explore *halakh* setiap sudut air terjun ini. Suasana sepi, berhubung kami datang pada hari Selasa, bukan akhir minggu. Tapi memang menurut informasi dari orang-orang di warung Putra tadi bahwa tidak banyak yang datang ke sini, biasanya yang datang dari rombongan mahasiswa atau siswa yang sedang melakukan kegiatan outbond. Tidak ada tiket masuk juga yang menandakan belum dijadikan wisata mungkin ya

Puas bermain air di air terjun tingkat satu, saya mengajak Wulan dan Aldo naik ke tingkat dua. Saya kira bisa naik lewat batuan di samping kanan air terjun. Tapi kata Aldo lewat situ licin, kami diajak lewat tepi sungai dan naik menuju air terjun tingkat dua.

Air terjun tingkat pertama :D
Uwooouu air terjun yang tingkat dua ini lebih tinggi. Di bawahnya juga terbentuk kolam yang lebih besar. Saya dan Aldo pun segera berenang-renang dan Wulan lebih memilih untuk memotret kami :D. Air terjun ini merupaka hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Aru yang bermura di "Muaro" Padang. Perhatikan betul keadaan cuaca saat mengunjungi air terjun ini. Karena apabila kondisi sedang hujan maka debit air meningkat dan ini sangat berbahaya bila kita bermain-main di bawah air terjun karena adanya potensi banjir bandang.

Air terjun Tingkat dua
cibang-cibung ^_^
Wulan menatap air terjun

Wulan, thank for the capture :D
Wulan dan Aldo
slow speed *halakh*
Waktu menunjukkan pukul 11.45 ketika kami memutuskan untuk menyudahi bermain-main di air terjun, dan berkemas untuk pulang. Tak lupa pula membawa kembali sampah  bekas bungkus makanan maupun minuman bekal yang kami bawa. Angin mulai berhembus kencang menggoyang pepohonan. Jadi merinding berhubung kami hanya bertiga di air terjun hehe... Akhir-akhir ini memang cuaca Padang sedang panas-panasnya. Angin yang berhembus pun terasa kering. Cuaca cerah begini memang paling pas buat nge-bolang ahihiyy :D
 
Mari pulang :)
Tak sampai 45 menit berjalan, kami pun tiba di pondok Aldo kembali. Bertemu kembali dengan Aldi, ibu dan ayah Aldo. Beristirahat sambil berbincang-bincang bersama mereka. Tak lupa pula kami berfoto ria. Aldi, adik Aldo yang berusia 3 tahun benar-benar sukaaaa sekali di foto hahaha lucu dah pokoknya. Aldi meminta kami untuk membawa cetak fotonya kalau kami main lagi ke sana... Siap deh :D . Kemudian saya dan Wulan pun berpamit dan tak lupa mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada Aldo si bocah petualang.

me with Aldo and Aldi
Di pondok keluarga Aldo
Setiap perjalanan selalu punya cerita sendiri dan kesan sendiri bagi pelakunya. Dan sekali lagi, perjalanan ini berkesan bagi saya. Nempel banget di hati. Pertama, walaupun lokasi air terjun  ini masih di wilayah kota Padang, saya dan Wulan buta lokasi, hanya berbekal informasi sekedarnya dari internet. Kebetyulan teman-teman kami yang kami tanya tentang jalur atau pun lokasi air terjun ini banyak yang belum tau -,-". Selain itu pergi berdua cewek doang pula, cukup membuat orang-orang sepanjang jalan yang kami tanya tentang jalur mengerutkan keningnya mengkhawatirkan kami. Tapi gini ... kalau terus menuruti rasa takut, saya dan Wulan sudah pasti tak akan sampai air terjun itu. yang penting mah Bismillah, niat baik, dan rajin bertanya saja pada masyarakat setempat xoxoxo..

Semen Padang nun juh di sana



Salam ....

Trek file gpx dan kml bisa di download di sini