Jumat, 19 April 2013
Minggu, 14 April 2013
Till the dusk
13-04-2013 06.45PM Int' Minangkabau Airport |
Senja...
Masih di tempat yang sama hahaha.. stuck banget yaks... biarinlah..hehehe... langitnya memang lagi dramatis banget. Kali ini saya berada di tempat dan watu yang tepat...
Kehilangan...
Kehilangan secara fisik orang-orang yang punya tempat istimewa di hati itu... rasanya ga enak. Rasanya gak nyaman di hati. I really don't like this feeling.
Pergi...
Orang selalu datang dan pergi... datang begitu saja...pergi begitu saja...Harusnya tak perlu diambil hati
Kamis, 11 April 2013
STARRY NIGHT at Padang beach
Sebenarnya saya paliing malas pergi ke Taplau (tapi lauik) pantai Padang sendirian (padahal kalau hunting foto mah enakan sendiri). Hal tersebut dikarenakan berbagai hal yang membuat tak nyaman. Pungutan liar dengan alasan parkir dan retribusi yang ditarik remaja-remaja tanggung yang datang silih berganti, padahal karcis parkir saja tak ada. Saya yakin kalau mereka pun gak akan tuh jagain motor yang kita layaknya tempat parkir. Selain itu di pantai Padang ini ada kawasan remang-remang (tenda rendah) yang kata orang-orang sih termasuk kawasan prostitusi. Dan kekurang nyamanan yang lain adalah pantainya yang kurang teratur dan terawat karena banyaknya warung-warung yang berdiri di sepanjang pantai. Berharap pemda setempat bisa lebih tegas dalam mengatur kawasan wisata Taplau ini sehingga bisa menciptakan suasana aman, tertib nyaman bagi wisatawan maupun pedagang sekitar pantai . Karena Pantai Padang itu kan salah satu landmark kota Padang selain Jembatan Siti Nurbaya yang kondisinya juga sangat memprihatinkan menurut saya.
Oke abaikan saja perasaan tak enak saya mengenai Taplau. Malam itu mungkin memang malam keberuntungan saya menerima ajakan kawan-kawan untuk sepeda motor-an keliling Padang. Jembatan Siti Nurbaya dan Taplau pun jadi tempat wajib disinggahi. Dan wow... It was starry night... Wow...Saat-saat seperti itu pun, kawasan Taplau yang biasanya enggan saya kunjungi terlihat indaaah sekali dengan kerlip lampu dan taburan bintang di Angkasa :D
Sabtu, 30 Maret 2013
Sitinjau lauik
Sitinjau lauik ini merupakan gardu pandang untuk melihat kota padang dari ketinggian +/- 800 meter di atas permukaan laut. Berada di pinggir jalan raya Padag-Solok. Jika sedang beruntung (cuaca cerah) maka kita akan bisa melihat kota padang beserta samudra hindia dari titik ini. Sayangnya saat itu cuaca sedang tidak bersahabat, berawan hikzz
.
Gardu pandang yang penuh dengan vandalisme |
menjelang malam di Sitinjau lauik |
sitinjau lauik di malam hari |
Tambang semen padang |
Minggu, 24 Maret 2013
Monolog Absurd
Saya sedang dilanda kebosanan yang amaaaat sangat...
Sudah jenuh dengankan segala rutinitas ini...
kantor...kuliah...kamar...kantor...kuliah...kamar...
Kerjaan yang stuck di situ-situu sajapadahal memang saya-nya yang ga mau mengembangkan diri :p
atau kuliah yang makin kesini rasanya begitu-begitu saja...
Jauh dari orangtua, keluarga, dan kampung halaman...
Membuat saya berpikir kembali, apakah saya telah salah mengambil keputusan selama ini.
Dulu saya pikir dengan "suka" nya saya jalan/kemana saja, tak terlalu banyak memiliki kawan-kawan dekat saat kuliah merupakan bekal yang cukup saat ditempatkan tugas di luar Jawa *sombong berasa bisa hidup mandiri.
Ternyata salah...semua jadi terasa sulit saat jauh dari orangtua.
Jauh dari teman dan sahabat bukan masalah besar bagi sayayang emang dasarnya anti sosial.
Tapi jauh dari papah, mamah, adek, kakak, itu benar-benar jadi masalah besar saya selama dua tahun belakangan ini.
Tak bisa sesuka hati lagi untuk bisa berkumpul bahkan di hari Raya karena ada tanggung jawab tugas di sini.
Apakah saya salah pilih...
Apa saya menyesali pilihan saya ini...
Atau memang saya yang tak bisa bersyukur...futur akan segala nikmat-Nya...
Lalu..apa sih yang sebenarnya saya ingin untuk lakukan...
Lalu pencarian saya selama ini apa hasilnya... Emangnya kamu nyari apa sis...
Jdarr!!! oke saya memang tidak tahu apa yang saya cari. Selama ini saya mencoba banyak hal baru dengan maksud menemukan "sesuatu itu"... Tapi apa hasilnya...sampai jengah dan bosan sendiri, lalu akhirnya nesu-nesu sendiri...sesek nafas...akhirnya nangis.
Terkadang saya benci dengan segala hal rumit yang yang ada di kepala dan hati ini. Kenapa saya tak bisa berpikir sederhana saja seperti yang lain. Gak neko-neko dalam menjalani hidup. Ikhlas... seperti kata bang Darwis nih :
Tapi itu beraat jendraaal *tsaaaah*
Ah hentikan sudah monolog absurd ini.
Cuma satu yang saya ingin sekarang...
Kruntelan sama mamah, adek dan kakak di depan televisi, berebut posisi paling dekat mamah. Pengen diisik-isik ini punggung sama mamah.
Sementara papah sibuk dengan remote televisi dan raket nyamuknya ...
Sudah jenuh dengankan segala rutinitas ini...
kantor...kuliah...kamar...kantor...kuliah...kamar...
Kerjaan yang stuck di situ-situu saja
atau kuliah yang makin kesini rasanya begitu-begitu saja...
Jauh dari orangtua, keluarga, dan kampung halaman...
Membuat saya berpikir kembali, apakah saya telah salah mengambil keputusan selama ini.
Dulu saya pikir dengan "suka" nya saya jalan/kemana saja, tak terlalu banyak memiliki kawan-kawan dekat saat kuliah merupakan bekal yang cukup saat ditempatkan tugas di luar Jawa *s
Ternyata salah...semua jadi terasa sulit saat jauh dari orangtua.
Jauh dari teman dan sahabat bukan masalah besar bagi saya
Tapi jauh dari papah, mamah, adek, kakak, itu benar-benar jadi masalah besar saya selama dua tahun belakangan ini.
Tak bisa sesuka hati lagi untuk bisa berkumpul bahkan di hari Raya karena ada tanggung jawab tugas di sini.
Apakah saya salah pilih...
Apa saya menyesali pilihan saya ini...
Atau memang saya yang tak bisa bersyukur...futur akan segala nikmat-Nya...
Lalu..apa sih yang sebenarnya saya ingin untuk lakukan...
Lalu pencarian saya selama ini apa hasilnya... Emangnya kamu nyari apa sis...
Jdarr!!! oke saya memang tidak tahu apa yang saya cari. Selama ini saya mencoba banyak hal baru dengan maksud menemukan "sesuatu itu"... Tapi apa hasilnya...sampai jengah dan bosan sendiri, lalu akhirnya nesu-nesu sendiri...sesek nafas...akhirnya nangis.
Terkadang saya benci dengan segala hal rumit yang yang ada di kepala dan hati ini. Kenapa saya tak bisa berpikir sederhana saja seperti yang lain. Gak neko-neko dalam menjalani hidup. Ikhlas... seperti kata bang Darwis nih :
”Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.
Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.“
--Tere Liye, novel "Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin"
Tapi itu beraat jendraaal *tsaaaah*
Ah hentikan sudah monolog absurd ini.
Cuma satu yang saya ingin sekarang...
Kruntelan sama mamah, adek dan kakak di depan televisi, berebut posisi paling dekat mamah. Pengen diisik-isik ini punggung sama mamah.
Sementara papah sibuk dengan remote televisi dan raket nyamuknya ...
Minggu, 10 Maret 2013
Air Terjun Sarasah Ulu Gadut Padang
Nasehat dari bapak-bapak yang kami temui di tengah jalan tadi "untuk mengurungkan niat ke air terjun karena beliau tahu kami cuma berdua saja dan belum tahu jalan" sempat membuat saya dan Wulan ragu untuk melanjutkan perjalanan menuju air terjun "Sarasah Ulu Gadut" yang terletak di Desa Koto Baru, Gadut, Kelurahan Limau Manis Selatan, Padang Timur. Namun kami menguatkan hati kembali untuk melanjutkan perjalanan. Menaiki kembali motor melalui jalanan berbatu.
Pukul 09.00 WIB sampailah kami di Lik gadut, sebuah tempat sebelum jembatan. Terdapat sebuah warung milik warga, dan kami menitipkan sepeda motor kepada seorang anak bernama putra di situ. Setelah dirasa cukup mendapatkan informasi dari warga mengenai jalur menuju air terjun kami pun berangkat melalui jalan setapak. Sempat juga salah belok untung tak jauh, kami segera kembali ke rute awal. Beruntung ketika kami menemukan sebuah pondok di ladang, kami bertanya kepada seorang ibu, ibu tersebut menyuruh anaknya Aldo yang berusia 7 tahun mengantarkan kami. kami pun tentu senang hati menerima tawaran itu...Thank God :D
Aldo mengajak kami menyusuri sungai karena ini adalah jalur tercepat. Saya dan Wulan kelabakan tak bisa mengimbangi langkah Aldo. Takjub banget sama ini anak. Dulu pas saya seusia Aldo ngapain aja yak? hehe. Beneran deh berasa ketemu bolang yang kayak acara di TV itu lho haha. Aldo ini selain kuat dan bolang bangeet, dia pendiam tapi smart. Pinter banget nih anak. Kalau kata saya mah si Aldo ini cool gitu lho hoho. Aldo sekarang kelas 1 SD.
tracking GPS dari simpang Ulu Gadut-Air terjun |
Air terjun tingkat pertama :D |
Uwooouu air terjun yang tingkat dua ini lebih tinggi. Di bawahnya juga terbentuk kolam yang lebih besar. Saya dan Aldo pun segera berenang-renang dan Wulan lebih memilih untuk memotret kami :D. Air terjun ini merupaka hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Aru yang bermura di "Muaro" Padang. Perhatikan betul keadaan cuaca saat mengunjungi air terjun ini. Karena apabila kondisi sedang hujan maka debit air meningkat dan ini sangat berbahaya bila kita bermain-main di bawah air terjun karena adanya potensi banjir bandang.
Air terjun Tingkat dua |
cibang-cibung ^_^ |
Wulan menatap air terjun |
Wulan, thank for the capture :D |
Wulan dan Aldo |
slow speed *halakh* |
Waktu menunjukkan pukul 11.45 ketika kami memutuskan untuk menyudahi bermain-main di air terjun, dan berkemas untuk pulang. Tak lupa pula membawa kembali sampah bekas bungkus makanan maupun minuman bekal yang kami bawa. Angin mulai berhembus kencang menggoyang pepohonan. Jadi merinding berhubung kami hanya bertiga di air terjun hehe... Akhir-akhir ini memang cuaca Padang sedang panas-panasnya. Angin yang berhembus pun terasa kering. Cuaca cerah begini memang paling pas buat nge-bolang ahihiyy :D
Tak sampai 45 menit berjalan, kami pun tiba di pondok Aldo kembali. Bertemu kembali dengan Aldi, ibu dan ayah Aldo. Beristirahat sambil berbincang-bincang bersama mereka. Tak lupa pula kami berfoto ria. Aldi, adik Aldo yang berusia 3 tahun benar-benar sukaaaa sekali di foto hahaha lucu dah pokoknya. Aldi meminta kami untuk membawa cetak fotonya kalau kami main lagi ke sana... Siap deh :D . Kemudian saya dan Wulan pun berpamit dan tak lupa mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada Aldo si bocah petualang.
me with Aldo and Aldi |
Di pondok keluarga Aldo |
Setiap perjalanan selalu punya cerita sendiri dan kesan sendiri bagi pelakunya. Dan sekali lagi, perjalanan ini berkesan bagi saya. Nempel banget di hati. Pertama, walaupun lokasi air terjun ini masih di wilayah kota Padang, saya dan Wulan buta lokasi, hanya berbekal informasi sekedarnya dari internet. Kebetyulan teman-teman kami yang kami tanya tentang jalur atau pun lokasi air terjun ini banyak yang belum tau -,-". Selain itu pergi berdua cewek doang pula, cukup membuat orang-orang sepanjang jalan yang kami tanya tentang jalur mengerutkan keningnya mengkhawatirkan kami. Tapi gini ... kalau terus menuruti rasa takut, saya dan Wulan sudah pasti tak akan sampai air terjun itu. yang penting mah Bismillah, niat baik, dan rajin bertanya saja pada masyarakat setempat xoxoxo..
Semen Padang nun juh di sana
Salam ....
|
Kamis, 28 Februari 2013
Senin, 25 Februari 2013
Pesona Tanjung Ringgit
Ngebolang super duper dadakan. Dengan budget minimal akhirnya turun dari kawah Ijen nekat lanjut nyebrang sampe Lombok sendirian sajaaaa pemirsa. Di Lombok sana kebetulan ada Adventure-mate saya (semenjak masa pendidikan) yang mau menampung, dan bersedia menemani muter-muter lombok. Yap tahun 2011 lalu saya sudah pernah ke Lombok. selama seminggu. tapi cuma naik Rinjani saja (dan sepotong hati ku tertinggal disana) belum sempat keliling P. Lombok. jadi kesempata kali ini saya pengen wisata darat saaja bukan wisata gunung hehe...
Dan harus saya akui, Lombok itu benar-benar membuat saya jatuh cinta lagi setelah setahun sebelumnya sempat patah hati di titik tertinggi di Lombok. Lombok pula yang menyembuhkannya (dengan keindahan yang very-very awesome)...eaaaaa
Salah satu obyek wisata sasaran kami (saya anggi beserta 2 junior Wishnu dan Franky) adalah pantai Tj. Ringgit di ujung Tenggara P.Lombok . Di bawah ini adalah rute yang kami tempuh dari Mataram sampai Tanjung Ringgit (garis warna merah). Naik sepeda motor selama lebih dari 2 jam itu luamayan bikin pantat tepos-seteposnya, ditambah 10 km terakhir jalan aspal rusak parah separahnya.
Eh tapi masih ada kehidupan lho di pelosok sini. Masih ada desa yang sebagian rumah-rumahnya menggunakan panel surya. Emang ga ada tiang listrik sih sepanjang jalan hehe. Sebenarnya saya penasaran juga air yang mereka gunakan sehari-hari berasal dari mana. Karena saya melihat di beberapa rumah ada tandon penampungan air yang terhubung dengan talang air di atap. Ada juga sebuah Sekolah Dasar di sini. Setelah itu melewati hutan enggak tahu hutan apa yang pasti banyak bangunan semi permanen yang ditinggali penggembala kerbau. Saya juga sempat melihat juga sebuah sekolah filial.
Track record dari GPS. Rute Mataram-Tj Ringgit |
Akhirnya sampai juga di komplek menara suar milik Dephub (menaranya sudah roboh). Jarak yang tehitung di GPS saya 79 km pfffiiuuuhh... Pantai Tj.Ringgit ada di belakang menara suar ini.
Masih sempat narsis disela-sela jumping road :)) |
Franky dan Wishnu yang sedikit kesusahan karena menggunakan motor matic. |
Jalan lobang, tanah liat dan berlumpur hiyaakkz |
Subhanallah cuma bisa bilang wow..wow..wow... It's so awesome...It's so amaizing...The Hidden paradise :D . Perpaduan cuaca yang super duper panas cerah, awan dengan bentuk yang perfecto, biru tosca laut, tebing-tebingnya, bukit-bukit teletubbiesnya...uwaaaaaaa bikin saya teriak-teriak terkagum-kagum *.* dan kemampuan fotografi saya yang masih amat sangat cetek ini tak bisa mengabadikannya seindah yang terlihat oleh mata.
bercakap-cakap dengan rombongan lain |
awesome view :D |
wow..wow..wow |
Blue tosca |
Lobang Jepang + Meriam |
pinky on the blue |
Selama kurang lebih 2 jam saja di sana (panas cyyn) hanya terlihat beberapa pengunjung saja. Jangan harap ada penjual makanan dan minuman atau toilet umum di sana. Tempat ini benar-benar masih alami dan asli. Dan saya pribadi sih berharap begitu ya. Dari pada kalau dibagusin jalan dan segala fasilitasnya malah banyak pengunjungnya jadi makin kotor. Tahu sendiri kan kalau "membuang sampah pada tempatnya" belum menjadi budaya di negara kita tercinta ini. Biarlah Tj.Ringgit tetap alami seperti ini. Biarlah memang orang yang memang punya niat saja yang ke sini (mengingat jalurnya udah kayak jalur motor trek hehe) :D
Menuju gua yang tembus ke dasar tebing |
goa yang tembus ke dasar tebing |
Anggi said," turun ke dasar tebing yuk!Ada sumur air tawar lho di sana"| Franky&wishnu:"hening" hahaha |
terimakasih buat Franky, wishnu dan Anggi yang sudah menemani dan mengantar :D |
Ada tips sekedarnya bagi yang mau ke Tj.Ringgit
- Bawa kendaraan sendiri saja (motor atau mobil) karena tidak dilalui kendaran umum. Dan pastikan kendaraan dalam kondisi yang fit.
- Bawalah bekal baik makanan maupun minuman karena tidak ada penjual makanandan minuman di sana.
- Tidak ada toilet umum di sana. Kalo kebelet buang air kecil, bisa numpang di kamar mandi di komplek mercusuar Dephub.
- Kalau cuaca lagi
panas-panasnyacerah-cerahnya, jangan lupa pakai sunblok atau payung biar kelingnya gak banget-banget lah hohoho. - Jaga kebersihan. Bawalah pulang kembali bungkus makanan atau minuman yang kita bawa :)
Langganan:
Postingan (Atom)