Sabtu, 20 Juni 2015

Kajian Islam

Rezeki Sudah Dijamin, Sedangkan
Nasib Di Akhirat Belum Ada Jaminan
Mengapa bekerja keras sampai lembur
segala? Bukankah urusan rejeki sudah
ditakdirkan alias telah dijamin ? Sedangkan
surga atau neraka harus diupayakan, alias

belum ada jaminan..
Satu motivasi untuk beribadah dan
mengutamakan urusan akhirat yang nampak
indah dan menyejukkan hati. Terlebih bagi anda
yang telah memahami bahwa urusan dunia begitu
hina dina sedangkan akhirat begitu mulia, dan
memahami bahwa urusan rejeki benar-benar
urusan kodrat ilahi.
( ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺟْﻤِﻠُﻮﺍ ﻓِﻲ
ﺍﻟﻄَّﻠَﺐِ ﻓَﺈِﻥَّ ﻧَﻔْﺴﺎْ ﻟَﻦْ ﺗَﻤُﻮَﺕ ﺣَﺘﻰَّ
ﺗَﺴْﺘَﻮْﻓِﻲَ ﺭِﺯْﻗَﻬَﺎ ﻭَﺇِﻥْ ﺃَﺑْﻄَﺄَ ﻋَﻨْﻬَﺎ، ﻓَﺎﺗَّﻘُﻮﺍ
ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺟْﻤِﻠُﻮﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟﻄَّﻠَﺐِ، ﺧُﺬُﻭﺍ ﻣَﺎ ﺣَﻞَّ
ﻭَﺩَﻋُﻮﺍ ﻣَﺎ ﺣَﺮَﻡَ ‏) . ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ
“ Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada
Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari
rizqi, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba
akan mati, hingga ia benar-ebnar telah mengenyam
seluruh rizqinya, walaupun telat datangnya. Maka
bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang
baik dalam mencari rizqi. Tempuhlah jalan-jalan
mencari rizki yang halal dan tinggalkan yang
haram. ” (HR. Ibnu Majah 1756, dishahihkan Al
Albani dalam Shahih Ibni Majah).
Mendengar motivasi ini, anda semakin tergugah
untuk meningkatkan ibadah, dan zuhud terhadap
urusan dunia. Tentu saja ini adalah sikap yang
begus dan patut diapresiasi.
Walau demikian, sadarkah anda bahwa ungkapan
di atas walau bertujuan baik, namun disadari atau
tidak mengandung kesalahan besar. Karena
ternyata urusan surga dan neraka juga telah
menjadi bagian dari kodrat ilahi.
Suatu hari Nabi
shallallahu alaihi wa sallam menghadiri penguburan seorang jenazah. Sambil menanti
proses penggalian selesai, berliau duduk lalu
bersabda:
ﻣَﺎ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﺃَﺣَﺪٍ ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﻧَﻔْﺲٍ ﻣَﻨْﻔُﻮﺳَﺔٍ
ﺇِﻻَّ ﻭَﻗَﺪْ ﻛَﺘَﺐَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣَﻜَﺎﻧَﻬَﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ
ﻭَﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻭَﺇِﻻَّ ﻭَﻗَﺪْ ﻛُﺘِﺒَﺖْ ﺷَﻘِﻴَّﺔً ﺃَﻭْ ﺳَﻌِﻴﺪَﺓً
“ Tiada seorang jiwapun melainkan Allah telah
menuliskan tempat kembalinya, baik di surga atau di
neraka, dan juga telah dituliskan apakah ia
berbahagia atau sengsara”
Tak ayal lagi, pernyataan Nabi shallallahu alaihi
wa sallam ini mengejutkan para sahabat,
sehingga salah seorang dari mereka segera
bertanya: “ Wahai Rasulullah , bila demikian apa tidak lebih baik kita mengandalkan catatan takdir kami dan meninggalkan segala bentuk amalan
(usaha)? “. Menanggapi pertanyaan ini, Nabi
shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﺴَّﻌَﺎﺩَﺓِ ﻓَﺴَﻴَﺼِﻴﺮُ ﺇِﻟَﻰ
ﻋَﻤَﻞِ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﺴَّﻌَﺎﺩَﺓِ ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ
ﺍﻟﺸَّﻘَﺎﻭَﺓِ ﻓَﺴَﻴَﺼِﻴﺮُ ﺇِﻟَﻰ ﻋَﻤَﻞِ ﺃَﻫْﻞِ
ﺍﻟﺸَّﻘَﺎﻭَﺓِ ﺍﻋْﻤَﻠُﻮﺍ ﻓَﻜُﻞٌّ ﻣُﻴَﺴَّﺮٌ ﺃَﻣَّﺎ ﺃَﻫْﻞُ
ﺍﻟﺴَّﻌَﺎﺩَﺓِ ﻓَﻴُﻴَﺴَّﺮُﻭﻥَ ﻟِﻌَﻤَﻞِ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﺴَّﻌَﺎﺩَﺓِ
ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﺃَﻫْﻞُ ﺍﻟﺸَّﻘَﺎﻭَﺓِ ﻓَﻴُﻴَﺴَّﺮُﻭﻥَ ﻟِﻌَﻤَﻞِ ﺃَﻫْﻞِ
ﺍﻟﺸَّﻘَﺎﻭَﺓِ
“ Siapapun yang ditakdirkan termasuk dari orang
yang berbahagia niscaya ia berhasil mengamalkan
amalan orang-orang yang berbahagia. Sebaliknya
orang yang ditakdirkan menjadi bagian dari orang-
orang serangsara, niscaya ia hanyut dalam amalan
orang-orang sengsara.
Beramallah kalian, karena setiap orang pastilah
mendapat kemudahan. orang-orang yang berbahagia
pastilah dimudahkan untuk mengamalkan amalan
orang-orang yang berbahagia. Sedangkan orang-
orang sengsara pasti pula dimudahkan untuk hanyut
dalam amalan orang-orang sengsara “.
Selanjutnya beliau membaca ayat berkut:
( ﻓَﺄَﻣَّﺎ ﻣَﻦْ ﺃَﻋْﻄَﻰ ﻭَﺍﺗَّﻘَﻰ ﻭَﺻَﺪَّﻕَ
ﺑِﺎﻟْﺤُﺴْﻨَﻰ ﻓَﺴَﻨُﻴَﺴِّﺮُﻩُ ﻟِﻠْﻴُﺴْﺮَﻯ ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﻣَﻦْ
ﺑَﺨِﻞَ ﻭَﺍﺳْﺘَﻐْﻨَﻰ ﻭَﻛَﺬَّﺏَ ﺑِﺎﻟْﺤُﺴْﻨَﻰ
ﻓَﺴَﻨُﻴَﺴِّﺮُﻩُ ﻟِﻠْﻌُﺴْﺮَﻯ )
“ Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya
pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan
memudahkan baginya jalan yang mudah
(kebahagiaan). Dan adapun orang-orang yang bakhil
dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala
yang terbaik, maka kelak Kami akan memudahkan
baginya (jalan) yang sukar (kesengsaraan) ” (QS. Al
Lail 5-10) [HR. Muslim 2647]
Semoga bermanfaat.

Penulis: DR. Muhammad Arifin Baderi, Lc., MA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar